Adilmakmur.co.id, Jakarta – Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (9/9/2020), pukul 13.05 WIB.
Almarhum wafat di usianya yang ke-88 tahun.
Jakob Oetama lahir di Desa Jowahan, dekat Candi Borobudur (Jawa Tengah) tanggal 27 September 1931.
Ia merupakan putra pertama dari 13 bersaudara. Ayahnya bernama Raymundus Josef Sandiyo Brotosoesiswo seorang pensiunan guru Sekolah Rakyat di Sleman, Yogyakarta, sementara ibunya bernama Margaretha Kartonah.
Baca Juga:
Begini Tanggapan Bos Apple Saat Presiden Jokowi Minta Bangun Pabrik Manufaktur Apple di Indonesia
Jakob Oetama mengawali karirnya pertama kali menjadi seorang guru.
Namun, dia kemudian memilih jalan sebagai wartawan hingga kemudian mendirikan jaringan media terbesar, Kompas Gramedia bersama rekannya, Petrus Kanisius Ojong di Indonesia, bahkan dunia internasional.
Wartawan senior ini dalam karir dan hidupnya pernah menjadi guru SMP Mardi Yuana di Cipanas (1952) dan SMP Van Lith di Jakarta (1953), dosen di Jurusan Komunikasi Fisipol UI, dan aktif memberikan ceramah tentang media, politik, sosial-budaya, dan manajemen.
Latar belakang pendidikan tampaknya menunjang minat dan memperkaya pekerjaannya itu.
Baca Juga:
Sempat Tembus Rp16.000/ Dolar AS, BI Beber Sejumlah Upaya untuk Jaga Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah
Tim Gabungan Berhasil Temukan 20 Korban dalam Insiden Tanah Longsor Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Ia adalah lulusan Sekolah Menengah Atas Seminari di Yogyakarta (1951), B-1 Ilmu Sejarah (1956), Perguruan Tinggi Publisistik di Jakarta (1959), dan Jurusan Ilmu Publisistik Fakultas Sospol UGM (1961).
Pria yang akrab disapa Pak JO ini mengawali karir sebagai Redaktur Mingguan Penabur di Jakarta (1955), bersama Petrus Kanisius Ojong, ia mendirikan majalah bulanan Intisari (1963) dan Harian Kompas (1965) dan menjadi Pemimpin Redaksi harian itu sejak berdiri sampai tahun 2000.
Sejak P.K. Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980, ia merangkap Pemimpin Umum Kompas, sekaligus pemimpin Kelompok Kompas Gramedia.
Dalam organisasi pers dan media, Jakob pernah aktif di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), juga menjadi penasihat Confederation of ASEAN Journalist (CAJ), pengurus dan Ketua Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), anggota Serikat Penerbit Pers se-Dunia (FIEJ), International Press Institute, dan anggota – juga pernah Ketua Pelaksana Harian – Dewan Pers.
Baca Juga:
Tim Gabungan Berhasil Temukan 20 Korban dalam Insiden Tanah Longsor Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Sebanyak 338 KK Terdampak Banjir Pesawaran, Lampung Akìɓàt Meluapnya Sungai Way Padang Ratu
Jakob Oetama juga pernah menjadi anggota DPR dan MPR RI, dan oleh negara pada tahun 1973 dianugerahi Bintang Mahaputera Utama.
Ia pun terus menulis Tajuk Rencana di Harian Kompas sejak koran itu terbit.
Beberapa di antaranya dikumpulkan dalam buku Membuka Cakrawala (1985), sedangkan kumpulan tulisannya tentang pers dibukukan dengan judul Perspektif Pers Indonesia (1987).
Jakob tidak hanya menjadi tonggak bagi jurnalisme yang digeluti para wartawan Kompas dan grup Kompas Gramedia, tetapi juga turut mewarnai perjalanan jurnalisme Indonesia.
Adapun mengenai pengalaman dan profesinya, Pak Jakob pernah mengatakan, “Hidup ini seolah-olah sebagai kebetulan-kebetulan, tetapi bagi saya itulah Providentia Dei, itulah penyelenggaraan Allah”.
Selamat Jalan Pak Jacob. Demikian dikutip Kompas.tv (*)