Hampir Ambyar, Kapan Pemerintah Bayar Utang Subsidi ke PLN?

- Pewarta

Senin, 8 Juni 2020 - 09:43 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Adilmakmur.co.id, Jakarta – Ambyar atau selamatnya Perusahaan Listrik Negara (PLN) sangat tergantung pada pemerintah mau bayar utang subsidi atau tidak kepada BUMN ini. Jika pemerintah bayar utang subsidi maka PLN bisa menikmati bernafas lega. Namun sebaliknya jika pemerintah tidak bayar utang subsidi maka perlahan lahan PLN akan bangkrut dan tutup.

Jika PLN bangkrut maka pembangkit milik PLN semua akan dijual ke swasta. Padahal sekarang swasta sudah mendominasi di pembangkit. Demikian juga dengan jaringan listrik semua akan dijual ke swasta, karena biaya pemeliharaan yang tinggi. Ritel pun pelan tapi pasti akan diserahkan ke swasta. Sampai disini habislah PLN tinggal nama. Ini bagus buat para pebisnis tidak bagus buat rakyat.

Bayangkan jika pemerintah tak bayar utang. Setiap tahun PLN itu rugi operasional. Rugi operasional PLN ini justru terjadi ditengah pesta pora proyek 35 ribu megawatt, ditengah pesta proyek utang, dan pesta pora pembangkit swasta. Banyak mega proyek sektor ke tenagalistrikan, tapi BUMN listrik malah buntung. Nasib sama dengan BUMN sektor besi baja, BUMN semen, yang rugi dan bangkrut ditengah pesta pora mega proyek infrastruktur. Tanya kenapa ?.

Bagaimana kerugian tahunan PLN. Tahun 2018 PLN rugi operasional 35,3 triliun rupiah. Tahun 2019 PLN rugi 28,7 triliun rupiah, tahun 2020 rugi 44,3 triliun rupiah, tahun 2021 PLN diperkirakan akan rugi operasional 83 triliun rupiah. Jadi perusahaan ini sepanjang hayatnya akan rugi dan ruginya naik terus.

PLN bisa tidak rugi kalau pemerintah membayar utang subsidi kepada PLN. Tahun 2018 utang subsidi pemerintah pada PLN mencapai 48,1 triliun rupiah. Tahun 2019 utang subsidi pemerintah mencapai 80,3 triliun rupiah, dan tahun 2021 utang subsidi pemerintah diperkirakan meningkat hingga 119,8 triliun rupiah.

Mengapa utang pemerintah bisa meningkat atau makin membesar ? Karena pemerintah tak bayar utang subsidinya. Utang ini berakumulasi dari tahun ke tahun. Sementara PLN butuh uang untuk operasional, bayar pajak, bayar utang pada bank dan asing.

PLN merupakan kelompok BUMN dengan utang terbesar berdua bersama Pertamina. Kalau pemerintah tidak bayar utang maka otomatis PLN tidak bisa bayar bunga utang dan utang jatuh Tempo. Artinya PLN gagal bayar maka akan disita oleh swasta atau pihak pemberi utang.

Pertanyaannya kapan dan akankah pemerintah bayar utang? Rasanya tidak akan bisa bayar, kalau melihat penerimaan APBN 2020 yang amblas akibat pelemahan harga minyak, pelemahan harga komoditas, pelemahan konsimsi, yang semuanya akan bermuara pada merosotnya penerimaan pajak dan PNBP. Sementara untuk cari utang pun pemerintah tak dipercaya, karena taringnya negatif.

Dalam APBN P 2020 buatan menteri keuangan, pemerintah berencana memberikan dana kompensasi hanya sebesat 38,25 triliunan rupiah kepada PLN.

Artinya kurang dari separuh utang pemerintah. Padahal jika pemerintah bayar semua utang tahun 2020 kepada PLN yakni senilai 80,3 triliun rupiah, maka barulah PLN bisa bayar bunga utang dan menyisahkan untung 4 triliun rupiah. Tapi kalau utang pemerintah dibayar sesuai APBN 2020 maka rugi dan ambyar lah keuangan PLN.

(Oleh : Salamuddin Daeng, Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Berita Terkait

Akses Dana Bergulir untuk Kalangan Koperasi Dapat Dorongan dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUMKM
Menkeu Sri Mulyani Bertemu Bilateral dengan Presiden European Investment Bank, Ini yang Dibahas
Tergabung Sebagai Anggota Penuh FATF, Menkeu Sampaikan Komitmen Indonesia Perangi Kejahatan Keuangan
Begini Tanggapan Bos Apple Saat Presiden Jokowi Minta Bangun Pabrik Manufaktur Apple di Indonesia
Akibatkan Lonjakan Harga Minyak, Penurunan Nilai Tukar dan Indeks Harga Saham, Eskalasi Geopolitik Iran – Israel
Sempat Tembus Rp16.000/ Dolar AS, BI Beber Sejumlah Upaya untuk Jaga Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah
Tim Gabungan Berhasil Temukan 20 Korban dalam Insiden Tanah Longsor Tana Toraja, Sulawesi Selatan
BI Ungkap Alasan Posisi Cadangan Devisa Turun, Termasuk Ketidakpastian Pasar Keuangan Global
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Kamis, 25 April 2024 - 09:47 WIB

Akses Dana Bergulir untuk Kalangan Koperasi Dapat Dorongan dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUMKM

Selasa, 23 April 2024 - 14:29 WIB

Menkeu Sri Mulyani Bertemu Bilateral dengan Presiden European Investment Bank, Ini yang Dibahas

Kamis, 18 April 2024 - 09:02 WIB

Begini Tanggapan Bos Apple Saat Presiden Jokowi Minta Bangun Pabrik Manufaktur Apple di Indonesia

Rabu, 17 April 2024 - 09:31 WIB

Akibatkan Lonjakan Harga Minyak, Penurunan Nilai Tukar dan Indeks Harga Saham, Eskalasi Geopolitik Iran – Israel

Rabu, 17 April 2024 - 08:32 WIB

Sempat Tembus Rp16.000/ Dolar AS, BI Beber Sejumlah Upaya untuk Jaga Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah

Minggu, 14 April 2024 - 13:18 WIB

Tim Gabungan Berhasil Temukan 20 Korban dalam Insiden Tanah Longsor Tana Toraja, Sulawesi Selatan

Sabtu, 6 April 2024 - 11:40 WIB

BI Ungkap Alasan Posisi Cadangan Devisa Turun, Termasuk Ketidakpastian Pasar Keuangan Global

Rabu, 3 April 2024 - 10:20 WIB

Beli Gabah Petani Rp6.000 per Kg, Badan Pangan Nasional Bererlakukan Fleksibilitas Perum Bulog

Berita Terbaru