Adilmakmur.co.id, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2020 dapat turun ke level 3,5%. Itu mungkin terjadi jika penyebaran virus corona baru yang mematikan tidak segera ditangani, sehingga menghambat pemulihan produksi manufaktur ke tingkat normal.
Demikian menurut analis Morgan Stanley dalam laporan yang diterbitkan pada Rabu (19/2/2020).
Sebagaimana diketahui, akibat wabah virus mirip SARS ini, pemerintah China telah mengkarantina sebagian besar kotanya demi mencegah penyebaran lebih lanjut virus. Namun, dampak buruk malah muncul di sektor manufaktur negara.
Akibat penutupan kota-kota itu, aktivitas manufaktur di negeri Tirai Bambu belum sepenuhnya normal meskipun sudah mulai beroperasi kembali beberapa pekan ini. Berdasarkan pengecekan oleh analis Morgan Stanley, produksi baru mencapai 30% hingga 50% dari level normal pada pekan lalu.
Baca Juga:
Begini Tanggapan Bos Apple Saat Presiden Jokowi Minta Bangun Pabrik Manufaktur Apple di Indonesia
Sempat Tembus Rp16.000/ Dolar AS, BI Beber Sejumlah Upaya untuk Jaga Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah
Analis memperkirakan, produksi manufaktur di China akan mencapai 60% hingga 80% dari tingkat biasanya pada akhir bulan ini, dan akan kembali normal pada pertengahan hingga akhir Maret.
“Berdasarkan bukti bahwa kegiatan produksi saat ini kembali pada kecepatan yang sangat bertahap, kami berpikir bahwa situasi saat ini akan lebih sesuai dengan skenario ‘normalisasi bertahap’,” tulis para analis dalam laporan tersebut, sebagaimana dilaporkan CNBC International.
Namun tetap, semua itu tergantung pada perkembangan wabah virus corona ke depannya, tambahnya.
“Mengingat ketidakpastian seputar penyebaran virus, kami mengamati risiko transisi ke skenario ‘gangguan yang berkepanjangan’,” tambah mereka.
Baca Juga:
Tim Gabungan Berhasil Temukan 20 Korban dalam Insiden Tanah Longsor Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Tim Gabungan Berhasil Temukan 20 Korban dalam Insiden Tanah Longsor Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Analis juga memperkirakan akan ada dampak wabah itu pada pertumbuhan global. Namun, para analis mengatakan dampaknya pada pertumbuhan global hanya untuk jangka pendek.
“Kami memproyeksikan bahwa, setelah efek gangguan memudar, ekonomi global akan menerima lonjakan (bouncing) ketika perusahaan bergerak untuk melanjutkan produksi dan bahwa itu akan menerima dorongan karena tingkat persediaan kembali ke tingkat normal setelah terhenti selama ada gangguan,” tulis mereka dalam laporan tersebut.
Sebagaimana diketahui, wabah virus corona yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang di dunia, telah menghancurkan ekonomi China. Negara itu tidak hanya harus mengalami gangguan produksi, tapi juga harus mengeluarkan banyak dana untuk menanggulangi wabah yang berpusat di kota Wuhan provinsi Hubei itu.
Terlebih lagi, sektor wisata negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut juga ikut terdampak oleh cepatnya penyebaran virus. Per hari ini, virus corona telah menyebar ke 27 negara dan menjangkiti hampir 75.000 orang di seluruh dunia.
Baca Juga:
Sebanyak 338 KK Terdampak Banjir Pesawaran, Lampung Akìɓàt Meluapnya Sungai Way Padang Ratu
VIDEO: Hari Kedua Lebaran, Prabowo Subianto Ucapkan Maaf Lahir Batin ke Rekan-rekan Media
Untuk meminimalisir dampak wabah pada ekonomi, Morgan Stanley mengatakan pemerintah China bisa memangkas suku bunga lebih lanjut dan memberikan pembebasan pajak untuk sektor-sektor yang terkena dampak.
Sementara untuk negara-negara Asia lainnya yang juga terdampak, lembaga tersebut mengatakan mereka juga bisa menggunakan langkah-langkah kebijakan tersebut.
“Itu akan membantu ekonomi mereka pulih setelah wabah virus reda,” kata para analis. (ang)